dr. Atikah Isna Fatya, Sp.PD
Introduksi
Diabetes melitus (DM) dan osteoporosis merupakan dua penyakit kronis dengan prevalensi yang terus meningkat, dimana keduanya menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Hubungan kedua penyakit ini sering terlupakan, padahal fragilitas tulang merupakan salah satu komplikasi dari DM. Sebuah studi meta-analisis melaporkan prevalensi osteoporosis sebesar 27.67% pada penyandang DM. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa penyandang DM, baik tipe 1 maupun tipe 2, memiliki risiko lebih tinggi mengalami penurunan kepadatan tulang dan patah tulang dibandingkan populasi sehat. Bahkan, peningkatan risiko fraktur panggul pada penyandang DM sebesar 3 kali lipat dibandingkan bukan penyandang DM.
Peningkatan risiko osteoporosis ini terjadi meskipun hasil bone mineral density (BMD) normal atau meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan kualitas tulang, dimana hubungan antara diabetes dan osteoporosis bersifat multifaktorial, melibatkan berbagai mekanisme metabolik, hormonal, dan inflamasi. Selain itu, salah satu terapi medikamentosa untuk pengobatan DM, yaitu golongan thiazolidinedione (TZD), juga dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.
Mekanisme
Pada DM tipe 1, defisiensi insulin absolut mengganggu proses osteogenesis, menyebabkan penurunan massa tulang sejak usia muda. Sementara pada DM tipe 2, meskipun massa tulang mungkin normal atau bahkan meningkat, kualitas tulang cenderung buruk akibat akumulasi advanced glycation end products (AGEs) dan mikroangiopati.
Beberapa mekanisme terjadinya osteoporosis pada DM
adalah sebagai berikut: (Gambar 1)
· Hiperglikemia dan AGEs: Kadar
gula darah tinggi memicu pembentukan AGEs yang merusak kolagen tulang,
mengurangi elastisitas, dan meningkatkan kerapuhan.
· Defisiensi Insulin dan IGF-1:
Insulin dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1)
penting untuk pembentukan tulang. Pada DMT1, defisiensi insulin mengganggu
mineralisasi tulang, sedangkan pada DMT2, resistensi insulin mengganggu proses
remodeling tulang.
· Peradangan dan Stres Oksidatif:
Sitokin pro-inflamasi (TNF-α, IL-6) dan reactive oxygen species (ROS)
meningkatkan resorpsi tulang dan menghambat aktivitas osteoblas.
· Disbiosis Mikrobiota Usus: Ketidakseimbangan mikrobiota usus mengurangi produksi short-chain fatty acids (SCFAs) yang penting untuk penyerapan kalsium dan kesehatan tulang.
Gambar
1. Mekanisme terjadinya kerapuhan tulang pada DM. Sumber: Sharma P, Sharma RK, Gaur K. Understanding the
impact of diabetes on bone health: A clinical review. Metabolism Open.
2024;24:100330. https://doi.org/10.1016/j.metop.2024.100330
·
Alat diagnostik seperti Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DXA) mungkin tidak cukup untuk
menilai kualitas tulang pada pasien diabetes. Pemeriksaan radiologis seperti high-resolution
computed tomography (HRCT) dapat menilai mikroarsitektur tulang terutama
tulang trabecular dan kortikal dengan lebih detail, sementara magnetic
resonance imaging (MRI) dapat melihat edema pada sumsum tulang dan gangguan
struktural akibat diabetes.
·
Faktor risiko spesifik diabetes (seperti AGEs dan
inflamasi) perlu dipertimbangkan dalam penilaian fraktur.
Pencegahan dan manajemen osteoporosis pada penyandang DM tipe 2 serupa dengan populasi umumnya. Namun, deteksi dan pemantauan lebih ketat disarankan. Pemeriksaan dengan Dual-energy X-ray absorptiometry (DXA) setiap 2 tahun pada pasien diabetes ≥50 tahun. Kecukupan kadar vitamin D juga sebaiknya dipantau berkala dengan memeriksa kadar Vitamin D25-OH serum.
Modifikasi gaya hidup penting dilakukan dengan meningkatkan aktivitas
fisik, seperti Latihan resistensi 3 kali/minggu dapat meningkatkan kepadatan
tulang. Pola diet yang disarankan ialah diet tinggi kalsium/vitamin D penting,
tinggi protein (1-1,2 gr/kgBB/hari) selama tidak ada kontraindikasi, dan rendah
indeksi glikemik. Kontrol gula darah yang baik harus dicapai dengan komplians terhadap
terapi dan pemantauan rutin.
Referens
1. Liu X, Chen F, Liu L, Zhang Q. Prevalence of osteoporosis in patients with diabetes mellitus: a systematic review and meta-analysis of observational studies. BMC Endocr Disord. 2023 Jan 3;23(1):1.
2. Napoli N, et al. Mechanisms of diabetes mellitus-induced bone fragility. Nat Rev Endocrinol2017;13(4):208-19.
3. Hofbauer LC, et al. Bone fragility in diabetes: novel concepts and clinical implications. Lancet Diabetes Endocrinol 2022;10(3):207-20.
4. Hardigan AA, et al. Inflammatory cytokines and bone loss in type 2 diabetes. J Diabetes Res. 2021;2021:5584370.
5. Sharma P, Sharma RK, Gaur K. Understanding the impact of diabetes on bone health: A clinical review. Metabolism Open. 2024;24:100330. https://doi.org/10.1016/j.metop.2024.100330
6. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes—2023. Diabetes Care. 2023;46(Suppl 1):S1-291.
7. Holick MF. Vitamin D deficiency. N Engl J Med. 2007;357(3):266-81.