Pengeroposan Tulang dan Gangguan Hormonal pada Wanita: Kenali Hubungannya Sejak Dini

Oleh :

dr. Mila Maidarti, SpOG, Subsp FER, PhD

Pengeroposan tulang, atau dikenal sebagai osteoporosis, adalah kondisi ketika kepadatan tulang berkurang secara signifikan.1 Akibatnya, tulang menjadi rapuh dan mudah patah walau hanya karena benturan ringan atau terjatuh. Proses ini merupakan bagian dari penuaan alami, namun bisa terjadi lebih cepat pada kondisi tertentu.1 Saat usia muda, tubuh membentuk dan merombak tulang secara seimbang, namun, setelah melewati usia paruh baya, proses perombakan tulang berlangsung lebih cepat dibanding proses pembentukannya.1 Hal inilah yang menyebabkan kepadatan tulang berkurang seiring bertambahnya usia.1

Mengapa Perempuan Lebih Rentan?

Perempuan, terutama yang berusia di atas 50 tahun, memiliki risiko osteoporosis hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan pria.2 Risiko ini dipengaruhi oleh perubahan hormon, khususnya penurunan hormon estrogen setelah menopause.3 Gejala osteoporosis sering kali tidak dirasakan di awal, namun seiring waktu dapat muncul sebagai nyeri tulang dan sendi, penurunan tinggi badan, gangguan berjalan, hingga penurunan massa otot.1

Peran Hormon dalam Kesehatan Tulang

Hormon estrogen berperan penting dalam menjaga keseimbangan antara pembentukan dan perombakan tulang.3,4 Pada masa remaja hingga dewasa muda, estrogen membantu tubuh mencapai peak bone mass, yakni kepadatan tulang tertinggi yang menjadi cadangan kekuatan tulang seumur hidup.5 Semakin tinggi cadangan ini, semakin kecil risiko osteoporosis di masa tua. Ketika tubuh mengalami kekurangan estrogen, seperti pada kondisi menopause dini, amenore (kondisi berhentinya siklus haid), atau gangguan makan seperti anoreksia, proses perombakan tulang menjadi lebih dominan.5 Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah Amenore Hipotalamus Fungsional (FHA), yang dapat terjadi akibat olahraga berlebihan, stres, pola makan yang sangat ketat atau gabungan dari ketiganya.5 Perempuan muda yang mengalami FHA, terutama karena aktivitas fisik ekstrem dan kekurangan energi, berisiko tinggi mengalami penurunan kepadatan tulang—terutama pada area tulang belakang.5 Kondisi ini seringkali dijumpai pada atlet perempuan, di mana umumnya ditemukan asupan energi yang rendah, gangguan menstruasi, dan pengeroposan tulang secara bersamaan.5 Sebuah studi menunjukan, atlet perempuan dengan amenore memiliki risiko lebih tinggi mengalami patah tulang akibat beban fisik berulang dibandingkan dengan atlet yang memiliki siklus haid normal maupun perempuan yang tidak menjalani latihan fisik secara intensif.5 Selain estrogen, hormon progesteron juga mendukung proses pembentukan tulang baru, terutama saat siklus haid berlangsung normal dan terjadi ovulasi.5 Ketika kedua hormon ini berada dalam kadar yang seimbang, kepadatan tulang pun menjadi lebih stabil.5 


Gambar 1. Peran Estrogen dalam Menjaga Kepadatan Tulang6

Deteksi Dini dengan Pemeriksaan DXA

Untuk mengetahui tingkat kepadatan tulang, Dokter akan menyarankan pemeriksaan DXA scan (Dual-energy X-ray Absorptiometry). Pemeriksaan ini tergolong cepat, tidak nyeri, dan memberikan paparan radiasi sangat rendah. Hasilnya dinyatakan dalam bentuk T-score dan Z-score.1

T-score membandingkan kepadatan tulang seseorang dengan orang dewasa muda yang sehat. Nilai antara –1 hingga –2,5 menunjukkan osteopenia (penurunan kepadatan ringan), dan di bawah –2,5 menandakan osteoporosis.1 

Z-score digunakan pada populasi pasien yang lebih muda, karena membandingkan dengan rata-rata kelompok seusia. Jika nilainya di bawah –1,5, Dokter akan mencari penyebab lain seperti gangguan hormon atau penyakit lain yang mendasari.

Mengapa Gangguan Hormonal Harus Diwaspadai?

Gejala gangguan hormonal sering kali muncul sejak usia muda, dan bila diabaikan dapat berdampak pada kesehatan tulang. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan antara lain:5

Menstruasi tidak teratur

Tidak haid selama lebih dari tiga bulan tanpa penyebab yang jelas

Menopause sebelum usia 40 tahun

Penurunan berat badan ekstrem akibat gangguan makan

Apabila terdapat salah satu dari gejala diatas, dianjurkan untuk melakukan konsultasi dengan Dokter untuk mencari tahu penyebabnya.

Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Penanganan gangguan hormonal yang mendasari, seperti amenore, menopause dini, atau gangguan makan, adalah kunci utama mencegah pengeroposan tulang lebih awal. Dokter mungkin akan memberikan terapi hormon bila diperlukan, disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien. Selain itu, upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan tulang antara lain:1,7

Memenuhi kebutuhan kalsium sebesar 1.000–1.200 mg per hari7

Memenuhi kebutuhan vitamin D sebesar 400–800 IU per hari untuk usia <50 tahun, dan minimal 800–1.000 IU per hari untuk usia >50 tahun7

Menghindari rokok dan alkohol1

Menjaga berat badan ideal dan mengelola stres7

Kesimpulan

Kesehatan tulang bukan hanya urusan lansia. Perempuan muda dengan gangguan hormon justru lebih berisiko untuk mengalami pengeroposan tulang lebih awal. Dengan mengetahui penyebab, mengenali gejalanya sejak dini, menjalani pola hidup sehat, serta berkonsultasi secara berkala ke Dokter, risiko pengeroposan tulang dapat dicegah sebelum menjadi masalah yang lebih serius.

Referensi

1. Porter JL, Varacallo MA. Osteoporosis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 [cited 2025 Jul 4]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441901/

2. Alswat KA. Gender Disparities in Osteoporosis. J Clin Med Res. 2017;9(5):382–7. 

3. Khosla S, Oursler MJ, Monroe DG. Estrogen and the skeleton. Trends Endocrinol Metab. 2012 Nov;23(11):576–81. 

4. Meczekalski B, Niwczyk O, Bala G, Szeliga A. Managing Early Onset Osteoporosis: The Impact of Premature Ovarian Insufficiency on Bone Health. J Clin Med. 2023 Jun 14;12(12):4042. 

5. Meczekalski B, Szczesnowicz A, Niwczyk O. Bone in women with premature ovarian insufficiency: a review. Gynecological and Reproductive Endocrinology & Metabolism. 2024;4(2):78–85. 

6. Hosein-Woodley R, Hirani R, Issani A, Hussaini AS, Stala O, Smiley A, et al. Beyond the Surface: Uncovering Secondary Causes of Osteoporosis for Optimal Management. Biomedicines. 2024 Nov 8;12(11):2558. 

7. Keen MU, Reddivari AKR. Osteoporosis in Females. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 [cited 2025 Jul 4]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559156/

Views : 82

Share :