Manajemen Rehabilitasi Medik pada Fraktur Kompresi Akibat Osteoporosis

Oleh: dr. Wenny Wirdatul Hasanah, SpKFR

Introduksi

Osteoporosis merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang yang menyebabkan tulang menjadi lebih rentan mengalami fraktur. Fraktur kompresi vertebra merupakan fraktur akibat osteoporosis yang paling sering terjadi, khususnya pada perempuan pasca menopause dan lansia. Fraktur ini ditandai dengan kolapsnya vertebra, dengan atau tanpa gejala nyeri, yang kemudian diikuti oleh deformitas tulang belakang dan gangguan fungsional. Kondisi ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko mortalitas. Fraktur ini umumnya ditatalaksana melalui pendekatan konservatif, di mana program rehabilitasi medik memegang peranan penting di dalamnya. Penatalaksanaan berfokus pada tatalaksana nyeri, meningkatkan mobilitas dan mencegah cedera lebih lanjut.

 

Patofisiologi fraktur kompresi vertabra akibat osteoporosisx

Osteoporosis terjadi akibat adanya ketidakseimbangan proses remodeling tulang yang menyebabkan berkurangnya massa dan densitas tulang. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan lemahnya struktur tulang sehingga tulang tidak mampu menahan beban mekanik. Pada tulang belakang, yang menanggung beban aksial tubuh, kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan biomekanik bahkan hanya dengan aktivitas normal atau trauma ringan, dengan predileksi pada area toraks dan lumbal. Fraktur kompresi terjadi ketika korpus vertebra kolaps, dan menyebabkan tampilan korpus yang berbentuk baji (wedge-shaped). Hal ini akan menginisiasi kaskade fraktur, di mana fraktur awal akan mengubah biomekanika tulang belakang, meningkatkan tekanan pada korpus vertebra disekitarnya, yang juga sudah lemah strukturnya. Hal inilah yang akan meningkatkan kemungkinan fraktur berikutnya.

 

Pendekatan rehabilitasi berbasis International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)

Kerangka International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) memungkinkan terciptanya kerangka berpikir yang komprehensif dalam memahami kondisi kesehatan dan disabilitas pada seseorang. Aplikasi ICF pada manajemen fraktur kompresi vertebra akibat osteoporosis, dapat membantu klinisi dalam melakukan penilaian dampak fraktur terhadap fungsi dan kualitas hidup pasien. Model ICF ini juga akan membantu klinisi dalam menentukan target yang rasional sehingga manajemen yang diberikan menjadi tepat sasaran dan menghasilkan luaran yang sesuai dengan kapasitas pasien.

Program rehabilitasi pada pasien dengan fraktur kompresi vertebra akibat osteoporosis, secara umum ditujukan pada beberapa hal, yaitu:

Manajemen nyeri

Stabilitas spinal

Koreksi postur

Mobilitas

Optimalisasi kesehatan tulang

Pencegahan jatuh

Edukasi mengenai kondisi pasien dan strategi penatalaksanaan jangka panjang

Dukungan psikososial

Kembali beraktivitas

Pemantauan dan penyesuaian program rehabilitasi

Ada banyak komponen program rehabilitasi yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan di atas. Penilaian menyeluruh sangat diperlukan untuk menentukan seberapa berat fraktur yang terjadi dan pengaruhnya terhadap status fungsional pasien, sehingga komponen program yang diresepkan menjadi tepat sasaran.

1. Tatalaksana nyeri

Strategi tatalaksana nyeri yang optimal dapat dilakukan dengan memberikan kombinasi intervensi peresepan analgesic yang tepat, dengan atau tanpa terapi adjuvant, serta modalitas non-mediamentosa.  Pilihan analgetic yang tepat tentunya harus berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kebutuhan analgetik tersebut disesuaikan dengan World Health Orgaization (WHO) analgesic ladder. Peresepan modalitas fisik seperti diatermi, transcutaneous electrical nerve stimulation, low level laser therapy dan ortosis juga dapat dipertimbangkan sebagai tatalaksana nyeri

2. Ortosis

Penggunaan bracing ditujukan untuk memberikan support eksternal dan membatasi gerak sendi pada area fraktur sehingga dapat menstabilkan vertebra, mengurangi nyeri, mencegah deformitas lebih lanjut dan memfasilitasi mobilisasi dini.

Imobilisasi spinal dengan menggunakan rigid brace memungkinkan pasien untuk dapat melakukan mobilisasi dini dengan risiko cedera lebih lanjut yang minimal. Hal ini penting untuk mencegah penurunan fungsi akibat imobilisasi lama seperti menurunnya kekuatan otot, fungsi kardiovaskular dan meningkatnya risiko deep vein thrombosis. Lebih lanjut lagi, kemampuan mobilisasi akan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, di mana hal ini sangat penting dalam mempertahankan independensi dan kualitas hidup.

3. Terapi fisik

Latihan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen rehabilitasi, termasuk pada penatalaksanaan fraktur kompresi vertebra. Latihan ditujukan untuk meningkatkan stabilitas aksial melalui latihan penguatan yang aman, di mana latihan yang berfokus pada otot-otot ekstensor spinal menjadi pilihan. Selain itu latihan penguatan abdomen secara isometrik, latihan proprioseptif juga dapat diberikan untuk koreksi postur. Terakhir, latihan keseimbangan dan koordinasi juga perlu diberikan untuk mencegah jatuh, sehingga mengurangi risiko fraktur lebih lanjut. Secara umum penilaian individu yang komprehensif perlu dilakukan untuk menentukan preskripsi posisi latihan dan jenis latihan penguatan yang aman. Penggunaan ortosis spinal pada saat latihan perlu dipertimbangkan untuk melindungi tulang belakang dari gerakan fleksi yang repetitive saat latihan.

4. Terapi okupasi

Terapi okupasi dibutuhkan untuk memodifikasi aktivitas sehari-hari dan lingkungan rumah untuk mengurangi risiko cedera lebih lanjut. Hal ini meliputi edukasi dan latihan proper body mechanic dalam aktivitas sehari-hari, penggunaan alat bantu di lingkungan rumah serta konservasi energi.

5. Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup meliputi aspek nutrisi, latihan dan pencegahan jatuh. Konseling gizi akan diperlukan untuk memastikan pasien mendapat asupan diet yang dapat membantu optimalisasi kekuatan tulang. Selain itu, perlu dilakukan edukasi strategi pencegahan jatuh dengan modifikasi lingkungan tempat tinggal, penggunaan alas kaki yang tepat serta penggunaan alat bantu jalan bila diperlukan.

 

Tatalaksana jangka panjang dan follow-up

Mengingat perjalanan penyakit yang kronis, manajemen yang berkelanjutan akan menjadi sangat penting. Evaluasi perlu terus dilakukan untuk menilai efektivitas manajemen rehabilitasi dan melakukan penyesuaian program sesuai dengan kondisi pasien. Pasien perlu didukung untuk terus mengikuti program latihan terstruktur serta memiliki adherence yang baik dengan terapi medikamentosa.

 

Simpulan

Tatalaksana rehabilitasi medik pada fraktur kompresi akibat osteoporosis merupakan suatu rangkaian terapi yang komprehensif dengan tujuan untuk mengurangi nyeri, mengoptimalkan fungsi serta mencegah jatuh. Pendekatan multimodal melalui terapi fisik, terapi okupasi, pemilihan ortosis, modifikasi gaya hidup dan dukungan psikologis menjadi sangat penting dalam mengoptimalkan fungsi pasien. Intervensi dini dengan pendekatan rehabilitasi yang tailor-made sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan osteoporosis dan fraktur kompresi vertebra.

 

References

1. Cummings, S. R., Black, D. M., & Nevitt, M. C. (1993). "Bone density at various sites for prediction of hip fractures. The Study of Osteoporotic Fractures Research Group." The Lancet, 341(8837), 72-75.

2. Chou S, Grover A, LeBoff MS. New Osteoporotic/Vertebral Compression Fractures. [Updated 2022 Mar 9]. In: Feingold KR, Anawalt B, Blackman MR, et al., editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279035/

3. Jang HD, Kim EH, Lee JC, Choi SW, Kim HS, Cha JS, Shin BJ. Management of Osteoporotic Vertebral Fracture: Review Update 2022. Asian Spine J. 2022 Dec;16(6):934-946. doi: 10.31616/asj.2022.0441. Epub 2022 Dec 27. PMID: 36573301; PMCID: PMC9827207.

4. Briggs AM, Greig AM, Wark JD. The vertebral fracture cascade in osteoporosis: a review of aetiopathogenesis. Osteoporos Int. 2007 May;18(5):575-84. doi: 10.1007/s00198-006-0304-x. Epub 2007 Jan 6. PMID: 17206492.

5. Cieza A, Schwarzkopf SR, Sigl T, Stucki G, Melvin J, Stoll T, et al. ICF Core Sets for osteoporosis. J Rehabil Med Suppl. 2004;(44):81–6.

6. Tanna NK, Ong T. Pharmacological options for pain control in patients with vertebral fragility fractures. Osteoporos Sarcopenia. 2022 Sep;8(3):93-97. doi: 10.1016/j.afos.2022.09.003. Epub 2022 Oct 3. PMID: 36268497; PMCID: PMC9577215.

7. Kweh BTS, Lee HQ, Tan T, Rutges J, Marion T, Tew KS, Bhalla V, Menon S, Oner FC, Fisher C, Tee JW. The Role of Spinal Orthoses in Osteoporotic Vertebral Fractures of the Elderly Population (Age 60 Years or Older): Systematic Review. Global Spine J. 2021 Jul;11(6):975-987. doi: 10.1177/2192568220948036. Epub 2020 Sep 29. PMID: 32990034; PMCID: PMC8258809.

8. Pieroh P, Spiegl UJA, Völker A, et al. Spinal Orthoses in the Treatment of Osteoporotic Thoracolumbar Vertebral Fractures in the Elderly: A Systematic Review With Quantitative Quality Assessment. Global Spine Journal. 2023;13(1_suppl):59S-72S. doi:10.1177/21925682221130048

9. Sinaki M. Exercise for patients with osteoporosis: Management of vertebral compression fractures and trunk strengthening for fall prevention. PM R [Internet]. 2012;4(11):882–8. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.pmrj.2012.10.008

10. Stanghelle B, Bentzen H, Giangregorio L, Pripp AH, Skelton DA, Bergland A. Effects of a resistance and balance exercise programme on physical fitness, health-related quality of life and fear of falling in older women with osteoporosis and vertebral fracture: a randomized controlled trial. Osteoporos Int. 2020 Jun;31(6):1069-1078. doi: 10.1007/s00198-019-05256-4. Epub 2020 Jan 10. Erratum in: Osteoporos Int. 2020 Jun;31(6):1187. doi: 10.1007/s00198-020-05398-w. PMID: 31925473.

11. Giangregorio, L., et al. (2014). "Too Fit to Fracture: Exercise recommendations for individuals with osteoporosis or osteoporotic vertebral fracture." Osteoporosis International, 25(3), 821-835.

Views : 601

Share :