Kepadatan tulang merupakan salah satu faktor kekuatan tulang. Bayangkan sebuah tembok yang tersusun oleh batu bata, semakin rapat dan padat susunan batanya, maka temboknya akan semakin kokoh dan kuat. Sebaliknya jika batanya renggang dan banyak ruang kosong, tembok tersebut akan mudah roboh. Kepadatan tulang berguna menahan tekanan dan beban yang diberikan kepada tulang. Patah tulang terjadi akibat tulang tidak mampu menahan tekanan dan beban yang diberikan. Tulang yang kehilangan kepadatannya, menyebabkan tulang tersebut menjadi tulang yang lemah dan rapuh. Benturan atau tekanan kecil dapat menyebabkan patah tulang pada kondisi tulang yang kehilangan kepadatannya.

Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kepadatan tulang adalah osteoporosis. Data dari kemenkes menyebutkan sekitar 50% pada populasi penduduk jakarta mengalami osteoporosis, berarti 1 dari 2 seluruh penduduk di Jakarta berisiko mengalami osteoporosis.1 Osteoporosis (tulang keropos) merupakan suatu kondisi kesehatan di mana tulang seseorang menjadi lemah dan rapuh, sehingga menjadi rentan mengalami patah tulang. Struktur tulang yang berongga menyerupai spons, mengakibatkan seseorang yang mengalami osteoporosis memiliki ruang dan rongga pada tulang menjadi lebih besar, yang menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kapadatannya. Aktivitas sehari-hari seperti terbentur, terpeleset dan membungkuk dapat menyebabkan cedera pada orang yang mengidap osteoporosis. Pengkeroposan tulang dapat disebabkan akibat proses penuaan, masa index tubuh yang rendah, riwayat patah tulang dan lebih rentan terjadi pada wanita, perokok, peminum alkohol.

Osteoporosis sering juka dijuluki sebagai ”penyakit tersembunyi” karena penderitanya bisa tidak merasakan gejala yang jelas hingga terjadi patah tulang. Patah tulang pada lansia utamanya berhubungan dengan osteoporosis. Patah tulang belakang, tulang panggul dan pergelangan tangan merupakan patah tulang terbanyak yang dialami oleh lansia dengan osteoporosis, terutama pada wanita menopause. Gejala dan tanda-tanda yang dapat muncul akibat patah tulang belakang pada lansia dengan osteoporosis seperti, nyeri punggung bawah, penurunan tinggi badan atau perubahan postur tubuh menjadi bungkuk (kifosis). 2

Untuk menilai risiko patah tulang diperlukan suatu alat untuk menilai resiko terjadinya risiko patah tulang. Skor Frax dapat digunakan sebagai alat untuk menilai risiko patah tulang yang dapat terjadi dalam 10 tahun kedepan. Alat ini dikhususkan untuk dokter agar dapat memprediksikan kemungkinan patah tulang berdasarkan dari faktor risiko klinis dan densitas mineral tulang (BMD) di leher tulang paha dan membantu dalam pengambilan keputusan terkait langkah pencegahan atau pengobatan yang diperlukan untuk mengurangi risiko patah tulang. Akses alat frax secara online di laman resminya dengan mengetik ”FRAX tool” pada mesin pencarian internet. 3

Skor Frax dengan mudah didapatkan dengan mengisi kuisioner yang mencakup faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, riwayat patah tulang, riwayat keluarga, riwayat merokok, penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat penyakit sebelumnya dan kepadatan tulang. Selanjutnya, Skor Frax dikategorikan sebagai risiko rendan dan resiko menegah hingga tinggi dan skor ini dapat menjadi gambaran yang jelas tentang kesehatan tulang seseorang dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan untuk mencegah patah tulang dalam 10 tahun kedepan. 4

 

References

1. Kemenkes RI. Keputusan Menteri Ksehatan Republik Indonesia no. HK.01.07/MENKES/2171/2023 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Osteoporosis. Jakarta 2023.

2. Rockwood CAJ, and Greens DP. Fractures in Adults. 9th ed.  Lippincott, Williams & Wilkins; 2020.

3. Khan AA, Slart RHJA, Ali DS, et al. Osteoporotic Fractures: Diagnosis, Evaluation, and Significance From the International Working Group on DXA Best Practices. Mayo Clin Proc. 2024;99(7):1127-1141. doi:10.1016/j.mayocp.2024.01.011

4. Schini M, Johansson H, Harvey NC, Lorentzon M, Kanis JA, McCloskey E V. An overview of the use of the fracture risk assessment tool (FRAX) in osteoporosis. J Endocrinol Invest. 2024;47(3):501-511. doi:10.1007/s40618-023-02219-9

 

Views : 75

Share :