Osteoporosis atau yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan keropos tulang merupakan penyakit silent epidemic.

Penyakit ini ditandai oleh menurunnya kepadatan tulang sehingga tulang mudah patah.

Di Indonesia penelitian tahun 2005 oleh Puslitband Gizi Kemenkes RI memperkirakan dua dari lima orang di Indonesia berisiko terkena osteoporosis dengan angka prevalensi osteoporosis diperkirakan sebesar 10,3 persen dan osteopenia sebesar 41.7 persen.

Penelitian lain tahun 2013 menunjukan angka prevalensi osteoporosis pada perempuan usia diatas 70 tahun mencapai 53 persen.

Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Dr. dr. Tirza Z Tamin, Sp.KFR., M.S(K) FIPM (USG) mengatakan, data ini menunjukan bahwa osteoporosis merupakan sebuah tantangan kesehatan yang besar dan berpotensi untuk semakin menantang kedepannya.

"Kedepannya, seiring dengan laju pertambahan penduduk disertai bertambahnya angka harapan hidup masyarakat Indonesia maka kita akan dihadapkan pada pergeseran pola demografik dimana kelompok populasi usia lanjut akan semakin meningkat atau aging population," tutur dia saat ditemui di Jakarta, Minggu (4/2/2024).

Pihaknya berharap ada gerakan bersama untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pencegahan serta penanganan osteoporosis di Indonesia.

"Kami senantiasa terus bertekad sekarang dan siap membantu pemerintah untuk meningkatkan serta mengoptimalkan pencegahan dan penanganan osteoporosis di Indonesia," tutur dr Tirza.

Angka osteoporosis di Indonesia diperkirakan mencapai hingga 135 persen pada tahun 2050.

Osteoporosis adalah masalah kesehatan yang besar.

Data secara global memperkirakan lebih dari 6 persen pria dan 21 persen wanita usia diatas 50 tahun mengalami osteoporosis.

Hal ini berarti lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia mengalami osteoporosis dan berbagai komplikasi terkait osteoporosis.

Secara global, osteoporosis diperkirakan menyebabkan hampir 9 juta kasus patah tulang tiap tahunnya.

Besarnya angka patah tulang akibat osteoporosis ini menyebabkan bukan hanya beban penyakit yang tinggi.

Bukan hanya berdampak terhadap gangguan fungsional saja tetapi juga akan mengalami disabilitas dan membutuhkan perawatan jangka panjang.

Diperkirakan bahwa angka kejadian patah tulang akibat osteoporosis dan disabilitas yang diakibatkannya lebih besar daripada mayortias penyakit tidak menular lainnya seperti stroke, penyakit kardiovaskuler, maupun penyakit keganasan.

Penanganan pada kasus osteoporosis membutuhkan pendekatan yang holistik, komprehensif, dan multidisipliner mulai dari fase promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif agar dapat memberikan hasil yang terbaik guna mencapai kemampuan fungsional dan kualitas hidup paling optimal bagi pasien.

Ditambahkan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi Kebidanan dan Kandungan
Prof. Dr. dr. Ichramsyah A Rachman, SpOG(K), untuk mencegahnya maka bisa dilakukan dengan rajin senam osteoporosis.

Olahraga ini menitikberatkan pada keseimbangan, kelenturan sampai kekuatan otot tubuh.

Senam penguat tulang ini dipopulerkan oleh Perhimpunan Osteoporosis Indonesia.

"Olahraga ini terdiri atas pemanasan dan peregangan, latihan inti berupa aerobik, latihan beban, dan latihan keseimbangan serta pendinginan dan peregangan," tutur Prof Ichramsyah.

Osteoporosis dapat menyerang tiba-tiba tanpa tanda khusus. Karena itu, ia mendorong untuk melakukan skrining atau pengecekan kepadatan tulang secara rutin atau dua tahun sekali.

Meski identik dengan penyakit pada lansia, Oseteoporosis bisa dicegah sejak sini, dengan memperhatikan asupan serta meninggalkan kebiasaan malas bergerak.

"Lakukan latihan fisik minimal 40 menit sehari, bisa berjalan, melompat ataupun berlari. Untuk lansia bisa dengan aerobik sesuai dengan kemampuan," ujar dia.


Sumber : Perosi: Osteoporosis Bisa Dicegah Sedini Mungkin - TribunNews.com

Views : 115

Share :